Seri Profetik Quran: Evidensi Kenabian
وَرَسُولًا إِلَىٰ بَنِي إِسْرَائِيلَ أَنِّي قَدْ جِئْتُكُم بِآيَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ أَنِّي أَخْلُقُ لَكُم مِّنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ فَأَنفُخُ فِيهِ فَيَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ وَأُحْيِي الْمَوْتَىٰ بِإِذْنِ اللَّهِ وَأُنَبِّئُكُم بِمَا تَأْكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمْ ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَةً لَّكُمْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
"Dan (Isa) menjadi rasul kepada Bani Israil (dan berkata), 'Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda dari Tuhanmu, yaitu aku membuat untukmu dari tanah berbentuk burung; lalu aku meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan izin Allah. Aku menyembuhkan orang buta sejak lahir dan orang berpenyakit kusta, dan aku menghidupkan orang mati dengan izin Allah. Dan aku memberitahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebenaran kerasulanku) bagimu, jika kamu benar-benar beriman.'" (QS. Ali Imran: 49)
Spirit para nabi adalah mengajak umat untuk beriman kepada Allah SWT. Semangat besar inilah yang menjadi dasar mereka menggunakan berbagai metode agar umat mau mengikuti jalan mereka, karena sifat manusia yang selalu menolak dan membangkang.
Dalam konteks ini Nabi Isa as sampai dibekali sebuah mukjizat sebagai evidensi atau bukti kenabian beliau, dengan menjadikan burung dari tanah liat, menghidupkan orang mati, mengobati kusta bahkan mengetahui hal yang ghaib di rumah kaumnya.
Evidensi adalah cara memberikan penguatan akan sesuatu bahwa itu adalah benar, jelas buktinya dan bukan rekayasa. Dalam ilmu hukum sesuatu perkara harus berdasarkan alat bukti, dalam penelitian evidensi adalah data yang terverifikasi dan dapat dibuktikan faktanya.
Secara logika seharusnya manusia memahami dan membenarkan bukti-bukti ini, akan tetapi manusia yang dianggap makluk cerdas, kadang mereka menolak kebenaran yang nyata tersebut. Hal ini dikarenakan mereka ada masalah dalam diri dan jiwa mereka, iman mereka bermasalah. Sehingga akal cerdas mereka ditunggangi nafsu, akhirnya apapun bukti yang dikemukakan akan mereka tolak dengan berbagai alasan.
Berbeda dengan orang beriman, akal mereka terbuka, karena hati mereka menuntun dengan iman, sehingga evidensi sekecil apapun dapat memberikan pencerahan pada diri mereka. Dengan itu mereka menjadi manusia yang mudah beradaptasi dengan kebenaran, bukan malah mencari alasan mempertahankan status quo ketidak baikan mereka.
Ayat ini menuntun kita memahami kondisi diri dan bangsa kita hari ini, sudah sangat jelas evidensi kerusakan, tetapi mereka masih menganggap ini adalah kebenaran bahkan mencoba menutupi dengan makar yang mereka terus lakukan. Evidensi korupsi, kerusakan lingkungan, kerusakan moral sudah nampak, tapi semua itu mereka tutupi dengan slogan sedang membangun negara dan menambah devisa negara. Di mana insan profetik itu sekarang,???